Hampir semua bagian dari pohon singkong bisa dimanfaatkan mulai dari umbi hingga daunnya. Umbi Singkong biasanya hanya diambil dagingnya dan untuk digoreng atau direbus. Sedangkan kulitnya dibuang begitu saja atau di jadikan makanan untuk hewan ternak. Kulit singkong selama ini memang sering disepelekan dan dianggap sebagai limbah dari tanaman singkong. Padahal, kulit singkong ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yang dapat dikonsumsi pula oleh manusia. Presentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan limbah kulitbagian dalam sebesar 8-15%.
Sampah kulit singkong termasuk dalam kategori sampah organik karena sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Pengolahan limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai:
1.Kompos
Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik yang kemudian disebut sebagi pupuk kompos. Menurut penelitian (Ankabi, 2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan.
2.Pakan ternak
Kulit singkong sebagai pengganti rumput lapang. Karena kulit singkong yang mengandung karbohidrat tinggi dapat dengan cepat menggemukkan hewan ternak.
3.Bio energi
Kulit singkong bisa berpotensi untuk diproduksi menjadi bietanol yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak. Teknologi pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong melalui proses hidrolisa asam dan enzimatis merupakan suatu alternatif dalam rangka mendukung program pemerintah tentang penyediaan bahan bakar non migas yang terbarukan yaitu BBN ( bahan bakar nabati ) sebagai pengganti bensin.
4.Olahan kuliner
Kulit singkong dapat menjadi olahan kuliner yaitu keripik kulit singkong, yang tak kalah sedap dengan umbi singkong itu sendiri. Bahan dasar yang lebih murah, namu rasa tak mau kalah.
Dengan inovasi teknologi yang diterapkan, limbah tapioka ini dapat diolah lebih lanjut dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan produk nata yang berbahan dasar ampas singkong. Dimana Indonesia merupakan penghasil singkong terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun). Sehingga untuk ketersediaan bahan baku, nata dari ampas singkong ini tidak akan menjadi masalah. Seperti nata de coco, yang selama ini telah beredar di pasaran dan banyak digemari masyarakat, diharapkan produk nata dari ampas singkong ini dapat menjadi sumber alternative bahan pangan untuk masyarakat dengan penciptaan nilai tambah pada limbah tapioca yang sangat berlimpah daripada hanya dibuang begitu saja ke lingkungan atau hanya digunakan sebagai pakan ternak saja.
Pembuatan nata dari ampas singkong ini memerlukan serangkaian proses.
Proses pertama adalah pemarutan singkong, singkong yang telah dikupas dan dicuci bersih kemudian diparut. Hasil parutan singkong ini kemudian dilarutkan ke dalam air untuk mendapatkan pati singkong. Dari hasil perasan singkong kemudian didapatkan pati singkong. Ampas singkong kemudian diambil dan difermentasi. Hasil fermentasi ampas singkong atau tapioca ini kemudian ditutup untuk meminimalkan kontak dengan udara dan didiamkan selama sepuluh hari. Produk nata ini siap untuk dikonsumsi.
Mayoritas kulit singkong hanya dijual kepada peternak sapi atau kambing, sebagai makanan tambahan dengan harga rendah.  Manfaat kulit singkong yang menguntungkaninilah peluang bisnis Anda, karena begitu banyak kandungan dan manfaat dari kulit singkong. Anda dapat berkreasi dalam sistem pengolahannya, agar limbah kulit singkong tersebut dapat menjadi hasil olahan yang mempunyai nilai jual tinggi dan yang pasti menguntungkan. Limbah singkong tersebut yang pasti dapat dengan mudah Anda peroleh dari industri rumahan yang memiliki bisnis singkong goreng ataupun keripik singkong misalnya. Biasanya mereka mempunyai sampah kulit singkong yang banyak, dan mereka sendiripun tidak sempat untuk mengolahnya kembali. Jadi manfaatkanlah potensi ini sebagai peluang usaha kuliner yang inovatif dan menyehatkan.