BAB
I
Pendahuluan
Latar
belakang
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi–proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Dalam
penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan
antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
BAB II
Pembahasan
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi
yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan
difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di
antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung
lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi
mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang
diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan
dia benar pula.
Buat contoh penegasan kita kembali pada masyarakat
Yunani, masyarakat yang sebenarnya merintis kesopanan manusia. Lama sudah
terpendam dalam otaknya Archimedes, pemikir Yunani yang hidup 250 tahun sebelum
Masehi, persoalan: apa sebab badan yang masuk barang yang cair itu, jadi enteng
kekurangan berat? Ketika mandi, maka jawab persoalan tadi tiba-tiba tercantum
di matanya dan kegiatan yang memasuki jiwanya menyebabkan dia lupa akan adat
istiadat negara dan bangsanya. Dengan melupakan pakaiannya, ia keluar dari
tempat mandinya dengan bersorak-sorakkan “heureuka” saya dapati, saya dapati,
adalah satu contoh lagi dari kuatnya nafsu ingin tahu dan lazatnya obat haus
“ingin” tahu itu. Archimedes menjalankan experiment yang betul, ialah badannya
sendiri, yang jadi benda yang dicemplungkan ke dalam air buat mandi. Dengan
cara berpikir, yang biasa dipakainya sebagai pemikir besar, ia bisa bangunkan
satu undang yang setiap pemuda yang mau jadi manusia sopan mesti mempelajari
dalam sekolah di seluruh pelosok dunia sekarang.
Menurut undang Archimedes, maka kalau benda yang
padat (solid) terbenam pada barang cair, maka benda tadi kehilangan berat sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda itu.Tegasnya kalau berat
Archimedes di luar air umpamanya B gram dan berat air yang dipindahkan oleh
badan Achimedes b gram, maka berat Archimedes dalam air tidak lagi B gram,
melainkan (B-b) gr.
Dengan contoh dirinya sendiri sebagai benda dan air
sebagai barang cair, maka simpulan yang didapatkan Archimedes dalam tempat
mandi itu belumlah boleh dikatakan undang. Semua benda dalam alam, kalau
dicemplungkan ke dalam semua zat cair mestinya kekurangan berat sama dengan
berat-zat cair yang dipindahkan oleh benda itu. Kalau semuanya takluk pada
kesimpulan tadi, barulah kesimpulan itu akan jadi Undang dan barulah Archimedes
tak akan dilupakan oleh manusia sopan, manusia yang betul-betul terlatih
sebagai bapak undang itu.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan
dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif
terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara
rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan
secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang
tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan
rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan
sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif
dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai
memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah
suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis
tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa nalar deduktif dan
nalar induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
2.Generalisasi
Adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat
selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Contoh :
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia
berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas
cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas
cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik”
hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki
kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas
cantik.
Macam-macam generalisasi :
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang
menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari
sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang
belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia
senang memakai celana pantalon.
3.Analogi
Paragraf analogi adalah penalaran dengan cara
membandingkan dua hal yang banyak menandung persamaan. Dengan kesamaan tersebut
dapatlah ditarik kesimpulannya. Paragraf analogi ini merupakan bagian paragraf
induktif.
Contoh paragraf Analogi
Kalau anda gemar tanaman hias, tentu anda mengenal
dengan baik cara menanam dan merawatnya dalam taman. Pada dasarnya, proses
merawat taman sama denga proses merawat anak dalam keluarga. Keduanya sama-sama
memerlukan ketrampilan dan perhatian khusus. Pada tanaman, diperlukan
ketrampilan mengolah tanah dan memberi pupuk, seperti memberi perhatian khusus,
yaitu menyirami tepat waktu agar kelak memberi hasil yang memuaskan. Begitu
pula dengan merawat anak. Pada anak, diperlukan kemampuan memberi makanan yang
bergizi, pembentukan kepribadian, serta perhatian khusus, yaitu memberi kasih
sayang agar kelak anak tumbuh dengan sehat, cerdas, dan bermoral baik
4.Kausalitas
Paragraf hubungan sebab akibat (kausalitas) adalah
paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan
sampai pada simpulan yang menjadi akibat.
Contoh paragraf Kausalitas
Perkembangan media transmisi pengiriman data saat
ini sangat pesat seperti perkembangan kabel. Pada awalnya media transmisi atau
kabel sangat sedehana. Mulai dari kabel coaxial,UTP,dan yang termutakhir adalah
kabel serat kaca atau fiber optic. Akibatnya teknologi pengeriman data semakin
cepat dan mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar